Sabtu, 25 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
GAMETOGENESIS

Description: C:\Aditya_FMB 28+++\Images+++\Lambang+++\Logo_UNSRIB.jpg
 










OLEH :


                                    NAMA                       :  AHMAD BASTIAN TOPANDI
                                    NIM                            :  08041381320031
                                    KELOMPOK            :  VI (ENAM)
                                    ASISTEN                   :  ADITYA YULISTIO
                            


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA

2014
ABSTRAK


Praktikum yang berjudul Perkembangan Sel Kelamin (Gametogenesis)  kali ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 September 2014, pukul 13.30-16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan perkembangan sel telur mencit. Adapun alat yang digunakan pada praktium kali ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan adalah preparat ovarium dan testis Mus musulus dan preparat ovarium Mus muculus. Adapun hasil yang akan didapatkan adalah berupa gambaran perkembangan dari ovarium mencit dan perkembangan testis dari Mus musulus dan mencit. Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil suatu kesimpulan berupa pada penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa: spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
 BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk menghasilkan individu baru. Pada hewan jantan peroses ini disebut seperatogenesis, yang akan menghasilkan sepermatozoa.pada hewan betina disebut oogenesia yang menghasilakan sel telur(ovum) (Endri, 2014).
Sel-sel germinal pada awal dari testis embrionik membelah dan berdiferensiasi kedalam sel-sel punca yang membelah secara mitosis sehingga membentuk sepermatogonium, yang nantinya  menghasilkan spermatosist, juga mealui mitosias. Setiap sepermatosit memunculkan empat sepermatid melalui pembelahan sel miosis yang mengandung jumlah kromosom dari diploid menjadi haploid. Sepermatid mengalami perubahan ektensif dalam bentuk dan organisasi sel sehingga berdiferensiasi menjadi sperma (campbell, 2008).
Pada hewan jantan, proses gametogenesis disebut dengan spermatogenesis, yang akan menghasilkan sperma. Spermatocyt primer mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan meiosis, yang menghasilkan spermacyt sekunder yang haploid. Spermatocyt sekunder membelah dan menghasilkan spermatid yang kemudian akan berkembang menjadi spermatozoa. Seperti halnya pada hewan jantan, oogenesis berlangsung pada gonad betina. Sebagian besar proses oogenesis terjadi pada masa embrio, yaitu sampai pada stadium oosit I, selanjutnya berlangsung pada korteks ovarium hewan dewasa. Dengan demikian oosit I mengalami istirahat yang panjang. Perkembangan sel kelamin dalam ovarium membutuhkan sel pembantu yang disebut folikel telur. Pada mamalia pembentukan folikel telur dapat diikuti pada korteks ovarium (Setiawan, 2002).
Pada masa pubertas, spermatogenesis berlanjut, dimana spermatogonia berpropelisasi menghasilkan mangkin banyak spermatogonia, yng masing masing mengndung 23 pasang kromosom atau diploid. Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi menjadi seperma perimer yang juga diploid. Sel-sel sepermatosit perimer tersebut kemudian membelah secara  iosis menjadi dua sepermatosit sekunder dengan jumlah keromosom menjadi setengah yaitu 23 kromosom atau haploid. Selanjutnya sprmatid sekunder membelah lagi secara miosis menjadi empat sepermatid. Keempat sepermatit itu memasuki ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoa yang menrupan tahap ahir dari pembentukan sperma.tahap-tahap ini bermuls dsri dinding dslsm duktus seminiferus menuju kearah lumen mengandung sel spermatogonia, spermtosit primer, spermatosit sekunder, sprmatid,serta spermatozoa (Ferial, 20013).
Organ utama dari sistem reproduksi betina adalah ovarium, tuba fallopii, uterus, dan vagina. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium, kemudian ovum keluar kerongga abdomen di tiap pertengahan siklus. Ovum masuk ke uterus melalui tuba fallopii. Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad) (Irfanuddin, 2000).
Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi. Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi menjadi seperma perimer yang juga diploid. Pada organ reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di dalam kantong. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke epididimis. Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum (Slamet, 2000).

1.2.  Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan perkembangan sel telur mencit dan sel telur ayam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Oogenesis dimulai di dalam emberio prempuan dengan produsi oogenium  dari sel-sel punca primordial. Oogonium membelah secara mitosis untuk membentuk sel-sel memulai miosis, namun mnghentikan proses tersebut pada fase profase I. oosit primer ini yang terkandung dalampolikel kecil( rongga yang dilapisi oleh sel pelindung), menunda perkembangan sebelum melahitkan. Di ulai pada saat pubertas, hormone perangsangg folikel(FSH) secara priodik merangsang kelompok kecil folikel untuk melanjutkan perkembangan dan  pertumbuhan, biasanya hanya satu folikel yang mateng setiap bulan, dengan oosit primernya menuntaskan miosis I. pembelahan miosis kedua dilanjutkan namun berhenti pada metaphase (Campbell, 2008).
Proses spermatogenesis akan berjalan baik bila suhu berada di sekitar 2 – 4oC lebih rendah dari suhu tubuh. Spermatozoa tidak akan terbentuk jika testis berada dalam rongga abdomen. Oleh karena itu, setelah minggu ke-8 kehidupan embrional terjadi desensus testikulorum (testis turun dari rongga abdomen ke skrotum). Di dalam skrotum temperatur testis di atur agar tetap sekitar 32-35oC. Suhu darah yang menuju ke testis didinginkan di pleksus pampiniformis melalui mekanisme counter current heat exchange. Selain itu, suhu testis juga diatur oleh muskulus Dartos dan muskulus kremaster yang akan berkontraksi bila suhu lingkungan lebih rendah, sehingga testis lebih mendekat ke rongga abdomen. Demikian juga sebaliknya (Irfanuddin, 2004).
Gametogenesis merupakan proses perubahan bakal sel kelamin menjadi sel kelamin. Bakal sel kelamin maupun gamet merupakan plasma germinal (germ plasm) suatu individu yang berfungsi sebagai pembawa sifat herediter, sedangkan kelompok sel-sel tubuh  atau somatoplasma dengan fungsi yang sangat bervariasi dianggab sebagai pelindung dan pemberi nutrisi bagi plasma germinal. Bakal sel kelamin berasal dari luar gonad, melalui proses migrasi bakal sel kelamin memasuki gonad (Slamet, 2002).
Gametogenesis melibatkan perangkat kontrol hormon dasar yang sama  pada laki-laki dan prempuan. Dalam mengkaji sirkuit-sirkuit hormonal ini, kita akan memulai dengan system yang lebih sederhana, yang ditemukan pada laki-laki. Telah lama diduga bahwa perempuan dan sebagian besar mamalia yang lain dilahirkan denagan oosit primer yang akan mereka miliki sepanjang hayat. Akan tetapi, tahun 2004, para peneliti melaporkan bahwa, oogonium yang memperbanyak diriterdapat didalam ovarium mencit dewasa dan dapat berkembang menjadi oosit. Para saintis kini mencari sel yang seupa dalam ovarium manusia. Ada kemungkinan bahwa ada penurunan kesuburan besar-besaran ayang terjadi pada manua akibat dari habisnya oogonium, selain dari kehancuran dari oosit yang menua pada usia (Campbell, 2008).
Gametogenesis terjadi pralahir, diawali dengan proliferasi bakal sel kelamin menjadi sejumlah sel spermatogonia pada fetus jantan dan oogonia pada fetus betina. Sejak individu yang bersangkutan mencapai usia dewasa kelamin, gametogenesis diteruskan ke tahap pertumbuhan dan tahap pendewasaan, menghasilkan hasil akhir berupa spermatozoa pada individu jantan dan sel telur pada individu betina. Sejak individu lahir sampai mencapai usia usia dewasa kelamin, gametogenesis berhenti atau istirahat. Proses produksi sel kelamin jantan atau spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis terdiri atas empat tahap, yaitu prolifersi, tumbuh, menjadi dewasa, dan tahap transformasi (metamorfose), yaitu pembuahan dari spermatid menjadi spermatozoa. Proses perubahan bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan spermiogenesis (Sukra, 2000).
Spermatogenesis merupakan proses peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif bermitosis, melalui proses reduksi kromatin dan perubahan struktur menjadi sperma yang fungsional. Proses spermatogenesis terjadi di dalam lumen tubulus seminiferus, dikendalikan oleh hormon gonadotropin dan testosteron, sejak usia pubertas dan berlangsung seumur hidup (Slamet, 2000).
Testis memproduksi sekitar 500 juta sperma per hari. Setiap proses spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 70 hari. Sperma dapat bertahan hidup di dalam saluran genital selama 42 hari. Jika berada pada semen yang normal, sperma dapat hidup di dalam organ tubuh betina yang bersuhu normal selama 24-72 jam. Pada suhu yang lebih rendah, sperma dapat disimpan selama beberapa minggu. Sperma dapat bertahan sampai lebih dari 1 tahun bila disimpan pada suhu -100oC (Irfanuddin, 2004).
Dalam proses oogenesis, oogonia hasil proliferasi berjumlah beberapa puluh sampai ratusan ribu, makin lama makin berkurang sampai bisa habis. Hal ini disebabkan karena selain berkembang menjadi ovari, ada oogonia yang musnah sebelum hewan menjadi dewasa, dan dari tahap tumbuh sampai tahap pendewasaan ada yang gagal menjadi ova. Oleh karena itu pada waktu memeriksa sayatan histologis ovarium di bawah mikroskop, adakalnya di jumpai bentuk-bentuk folikel yang bentuknya tidak teratur, yang disebut dengan folikel atretik (Sukra, 2000).
Oogenesis bervariasi sesuai dengan cara reproduksi suatu spesies hewan. Hewan yang melakukan fertilisasi diluar tubuh, jumlah telur yang dilepaskan berkisar antara ratusan sampai ratusan ribu telur. Sebaliknya hewan yang melakukan fertilisasi internal, produksi telur lebih sedikit, umunya hanya satu sampai beberapa dan jarang samapi 15 telur dalam setiap masa bertelur. Variasi telur dalam hal ukuran, berkaitan dengan perkembangan calon individu baru, setelah telur difertilisasi, akan terjadi di dalam atau di luar tubuh induknya. Sejak memasuki masa reproduksi, secara periodik satu atau sejumlah oosit I yang ditahan pada tahap diploten akan melanjutkan meiosis I (Slamet, 2000).
Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad). Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi                             (Slamet, 2000).
Sel telur atau ovum dapat dibedakan menurut jumlah kuning telurnya (yolk), tersebarnya kuning telur yang ada di dalam sitoplasma. Menurut jumlah kuning telurnya, telur dibedakan atas tiga jenis, yaitu : sel telur oligolesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya sedikit, contohnya sel telur pada mamalia. Sel  telur mesolesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya sedang, contohnya sel telur pada amfibia. Sel  telur polilesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya banyak, contohnya sel telur pada unggas. Sedangkan menurut letak tersebarnya kuning telur, sel telur dibedakan atas tiga jenis, yaitu : sel telur isolesital, yaitu sel telur yang kuning telurnya sedikit dan tersebar merata di dalam sitoplasma, contohnya pada mamalia. Sel  telur sentrolesital, yaitu sel telur yang kuning telurnya mengumpul di bagian tengah di dalam sitoplasma (Irfanudin, 2004).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 september 2014 pukul    13.30 sampai dengan 16.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan adalah preparat ovarium dan testis Gallus gallus dan preparat ovarium Mus muculus.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Spermatogenesis
Diletakkan preparat irisan melintang testis mencit diletakkan di bawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. Digambar penampang tubulus seminiferus yang berisi macam-macam tingkatan perkembangan sel kelamin jantan dan kemudian diberi keterangan sejelas-jelasnya. Dicatat perbesaran mikroskop yang digunakan.

3.3.1. Oogenesis
Di letakkan preparat irisan melintang ovarium ayam dan mencit putih di bawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. Digambar penampang ovarium yang berisi macam-macam tingkatan perkembangan sel kelamin betina dan kemudian diberi keterangan sejelas-jelasnya. Dibedakan antara tingkatan oogenesis pada ovarium ayam dan mencit. Dicatat perbesaran mikroskop yang digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
A.    Ovarium Mus musculus

Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Class                 : Mamalia
Ordo                 : Rodentia
Family               : Muridae
Genus               : Mus
Spesies              : Mus muculus
Keterangan :
1.      folikel
2.      sitoplasma
3.      modula
4.      karpus uterum
  


B.     Testis Mus musculus

Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Class                 : Mamalia
Ordo                 : Rodentia
Family               : Muridae
Genus               : Mus
Spesies              : Mus muculus
Keterangan :
1.      Sel epitel
2.      nukleus
3.      sitoplasma






C.      Ovarium Ratus ratus    
Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Class                 : Mamalia
Ordo                 : Rodentia
Family               : Muridae
Genus               : Ratus
Spesies              : Ratus ratus
Keterangan :
4.      Membran basalis
5.      Zona polisida




4.2. Pembahasan
Pada penampang ovarium ayam (Gallus gallus), dapat dilihat adanya oogonium yang berukuran kecil dan biasanya bergerombol, menurut Setiawan (2002) menyatakan bahwa, dikelilingi oleh sel-sel folikel selapis, pada inti sentral sering terdapat gambaran kromatin, dan sitoplasmanya homogen; oocyt dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang besar dengan inti yang besar dan eksentrik, dibagian tepi terdapat ooplasma cortecal, di bagian sentral tampak gelembung-gelembung minyak atau lemak, zona radiata tampak sebagai garis-garis radier, membrana vitellina tampak garis jecil yang tebal, sel-sel folikel terdapat pada daerah yang terpulas jelas, dan thecca folikuli merupakan serabut-serabut.
Fase pada tubulus seminiferus cukup lama menurut (Oakberg, 1956)menyatakan bahwa, Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus mencit berlangsung selama 35 hari dengan empat kali siklus epitel seminiferus. Satu kali siklus epitel seminiferus berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus musculus), epitel germinal tubulus seminiferus merupakan tempat berlangsungnya spermiogenesis yang terbagi dalam 12 stadium, yaitu stadium I sampai dengan stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas perkembangan akrosom selama proses spermatogenesis
Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, menurut Setiawan (2002) menyatakan bahwa, dolapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin; folikel dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang lebih besar, pada bagian luar terdapat theca folliculi externa dan interna, mulai terjadi antrum folliculi, mempunyai oocyt yang telah membesar denga sitoplasma yang banyak  dan inti sentral dengan gambaran kromatin; folikel de Graff mempunyai ukuran besar yang maksimum dan dekat dengan permukaan ovarium, terdapat theca folliculi eksterna dan interna.
Sepermatogenesis pada mencit hampir sama dengan manusia menurut (Gilbert, 1985) menyatakan bahwa, Spermatogenesis pada mencit menyerupai proses yang terjadi pada manusia maupun hewan lainnya dan berlangsung dalam tiga tahap. Diawali fase spermatogenesis dari pembelahan spermatogonia yang terjadi beberapa kali sehingga menghasilkan spermatogonia tipe A2, A3 dan A4. Spermatogonia A4 kemudian mengalami pembelahan menghasilkan spermatogonia intermediat yang kemudian akan membelah lagi untuk menghasilkan spermatogonium B. Spermatogonium B selanjutnya mengalami mitosis sehingga terbentuk spematosit primer dan berada pada fase istirahat pada tahap preleptoten.
Pada spermatogenesis, spermatogonia, sel-sel germinativum primitif yang terletak di samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi spermatosit primer. Menurut Ganong (2003) menyatakan bahwa,  Proses ini dimulai pada saat akil baligh. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit sekunder, lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom haploid. Spermatid berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah dan menjadi matang.
Ada beberapa macam tahap meiosis Menurut,(Johnson and Everitt, 1990) menyatakan bahwa, Tahap berikutnya adalah meiosis yang terdiri dari dua tahap, yaitu meiosis I dan meiosis II dimana masing-masing mengalami fase profase, metafase, anafase dan telofase. Profase pada meiosis I yang meliputi leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakinesis. Meiosis I berakhir dengan terbentuknya spermatosit sekunder dan kemudian memasuki meiosis II dan pembelahan berlanjut untuk membentuk.
Menurut Bascom dan Ostereud (1952) dalam Sukra (2000) yang memeriksa sayatan berurut, panjang tubulus seniniferus babi mencapai 3.200 meter. Hal ini tidak mengherankan mengingat spermatozoa yang dikeluarkan pada setiap ejakulasi jumlahnya miliaran. Jika memeriksa satu sayatan melintang tubulus seminiferus testis dibawah mikroskop terlihat beberapa macam sel yang letaknya berderet.
Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat Menurut, (Johnson and Everitt, 1990) menyatakan bahwa, Selanjutnya diakhiri tahap spermiogenesis yang merupakan transformasi spermatid dari bentuk yang bulat menjadi spermatozoa dengan kepala, leher dan ekor. Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat yang secara umum diklasifikasikan menjadi empat fase, yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom dan fase maturasi.

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1.      Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, dilapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin.
2.      Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), terlihat bagian-bagian luar kedalam berupa epithelium germinativum, cortex ovarii yang terdapat folikel, dan stroma ovarii yang terdapat jaringan ikat.
3.      Pada penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa: spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
4.      Spermatogenesis terjadi di dalam dinding tubulus seminiferus testis, sedangkan oogenesis berlangsung pada gonad betina (Ovarium).
5.      Oosit sebagai suatu sel mempunyai membran plasma, ooplasma, dan inti. Oosit melakukan sintesis berbagai senyawa dan di simpan di dalam ooplasmanya, sehingga terbentuk suatu pola organisasi di dalam sel telur, yang disebt dengan polaritas telur



DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Irfanuddin 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK UNSRI: Inderalaya.
Neil A. Campbell.2004. Biologi Edisi Ke III. Erlangga: Jakarta
Rohen, Lǖtjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. EGC: Jakarta.

Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSRI: Inderalaya.

Sukra, Yuhara. 1999. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN. Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar