LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
“ GAMETOGENESIS”
![]() |
OLEH :
NAMA : AHMAD BASTIAN TOPANDI
NIM : 08041381320031
KELOMPOK :
VI (ENAM)
ASISTEN : ADITYA YULISTIO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul Perkembangan Sel
Kelamin (Gametogenesis) kali ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15
September 2014, pukul 13.30-16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Adapun tujuan
praktikum kali ini adalah untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin
jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta
jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal yang berhubungan dengan sel
telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel
telur dan membandingkan perkembangan sel telur mencit. Adapun alat yang
digunakan pada praktium kali ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan
adalah preparat ovarium dan testis Mus musulus dan preparat ovarium Mus muculus. Adapun
hasil yang akan didapatkan adalah berupa gambaran perkembangan dari ovarium
mencit dan perkembangan testis dari Mus musulus dan mencit. Dari praktikum yang dilaksanakan
dapat diambil suatu kesimpulan berupa pada penampang tubulus seminiferus, dapat
dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai stadium, dengan urutan letak dari
membrana basalis hingga ke lumen berupa: spermatogonium, spermatocyt primer,
spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel
kelamin. Dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma
germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu
melakukan fertilisasi untuk menghasilkan individu baru. Pada hewan jantan peroses ini disebut
seperatogenesis, yang akan menghasilkan sepermatozoa.pada hewan betina disebut
oogenesia yang menghasilakan sel telur(ovum) (Endri, 2014).
Sel-sel germinal pada awal dari testis
embrionik membelah dan berdiferensiasi kedalam sel-sel punca yang membelah
secara mitosis sehingga membentuk sepermatogonium, yang nantinya menghasilkan spermatosist, juga mealui
mitosias. Setiap sepermatosit memunculkan empat sepermatid melalui pembelahan
sel miosis yang mengandung jumlah kromosom dari diploid menjadi haploid.
Sepermatid mengalami perubahan ektensif dalam bentuk dan organisasi sel
sehingga berdiferensiasi menjadi sperma (campbell, 2008).
Pada hewan jantan, proses gametogenesis disebut dengan
spermatogenesis, yang akan menghasilkan sperma. Spermatocyt primer
mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan meiosis, yang menghasilkan
spermacyt sekunder yang haploid. Spermatocyt sekunder membelah dan
menghasilkan spermatid yang kemudian akan berkembang menjadi spermatozoa. Seperti halnya pada
hewan jantan, oogenesis berlangsung pada gonad betina. Sebagian besar proses
oogenesis terjadi pada masa embrio, yaitu sampai pada stadium oosit I,
selanjutnya berlangsung pada korteks ovarium hewan dewasa. Dengan demikian
oosit I mengalami istirahat yang panjang. Perkembangan sel kelamin dalam
ovarium membutuhkan sel pembantu yang disebut folikel telur. Pada mamalia
pembentukan folikel telur dapat diikuti pada korteks ovarium (Setiawan, 2002).
Pada masa pubertas, spermatogenesis
berlanjut, dimana spermatogonia berpropelisasi menghasilkan mangkin banyak
spermatogonia, yng masing masing mengndung 23 pasang kromosom atau diploid.
Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi menjadi seperma perimer yang juga diploid.
Sel-sel sepermatosit perimer tersebut kemudian membelah secara iosis menjadi dua sepermatosit sekunder
dengan jumlah keromosom menjadi setengah yaitu 23 kromosom atau haploid.
Selanjutnya sprmatid sekunder membelah lagi secara miosis menjadi empat sepermatid.
Keempat sepermatit itu memasuki ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri
menjadi spermatozoa yang menrupan tahap ahir dari pembentukan
sperma.tahap-tahap ini bermuls dsri dinding dslsm duktus seminiferus menuju
kearah lumen mengandung sel spermatogonia, spermtosit primer, spermatosit
sekunder, sprmatid,serta spermatozoa (Ferial, 20013).
Organ utama dari sistem reproduksi betina adalah ovarium,
tuba fallopii, uterus, dan vagina. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum
di dalam ovarium, kemudian ovum keluar kerongga abdomen di tiap pertengahan
siklus. Ovum masuk ke uterus melalui tuba fallopii.
Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II
akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat
hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II
(haploid, monad) (Irfanuddin, 2000).
Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis
II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad).
Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan
dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi. Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi
menjadi seperma perimer yang juga diploid. Pada organ
reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus
seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di
dalam kantong. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke epididimis. Selanjutnya tiap oosit
II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum (Slamet, 2000).
1.2.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan
untuk mempelajari proses
perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan
dengan spermatozoon, serta jaringan reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal
yang berhubungan dengan sel telur pada mencit, tikus, dan ayam, serta untuk
mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan perkembangan sel telur
mencit dan sel telur ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oogenesis dimulai di dalam emberio
prempuan dengan produsi oogenium dari
sel-sel punca primordial. Oogonium membelah secara mitosis untuk membentuk
sel-sel memulai miosis, namun mnghentikan proses tersebut pada fase profase I.
oosit primer ini yang terkandung dalampolikel kecil( rongga yang dilapisi oleh
sel pelindung), menunda perkembangan sebelum melahitkan. Di ulai pada saat
pubertas, hormone perangsangg folikel(FSH) secara priodik merangsang kelompok
kecil folikel untuk melanjutkan perkembangan dan pertumbuhan, biasanya hanya satu folikel yang
mateng setiap bulan, dengan oosit primernya menuntaskan miosis I. pembelahan
miosis kedua dilanjutkan namun berhenti pada metaphase (Campbell, 2008).
Proses spermatogenesis akan berjalan baik bila suhu berada
di sekitar 2 – 4oC lebih rendah dari suhu tubuh. Spermatozoa tidak
akan terbentuk jika testis berada dalam rongga abdomen. Oleh karena itu,
setelah minggu ke-8 kehidupan embrional terjadi desensus testikulorum (testis
turun dari rongga abdomen ke skrotum). Di dalam skrotum temperatur testis di
atur agar tetap sekitar 32-35oC. Suhu darah yang menuju ke testis
didinginkan di pleksus pampiniformis melalui mekanisme counter
current heat exchange. Selain itu, suhu testis juga diatur oleh muskulus
Dartos dan muskulus kremaster yang akan berkontraksi bila
suhu lingkungan lebih rendah, sehingga testis lebih mendekat ke rongga abdomen.
Demikian juga sebaliknya (Irfanuddin,
2004).
Gametogenesis merupakan proses perubahan bakal sel kelamin
menjadi sel kelamin. Bakal sel kelamin maupun gamet merupakan plasma germinal (germ
plasm) suatu individu yang berfungsi sebagai pembawa sifat herediter,
sedangkan kelompok sel-sel tubuh atau
somatoplasma dengan fungsi yang sangat bervariasi dianggab sebagai pelindung
dan pemberi nutrisi bagi plasma germinal. Bakal sel kelamin berasal dari luar
gonad, melalui proses migrasi bakal sel kelamin memasuki gonad (Slamet, 2002).
Gametogenesis melibatkan perangkat
kontrol hormon dasar yang sama pada
laki-laki dan prempuan. Dalam mengkaji sirkuit-sirkuit hormonal ini, kita akan
memulai dengan system yang lebih sederhana, yang ditemukan pada laki-laki.
Telah lama diduga bahwa perempuan dan sebagian besar mamalia yang lain
dilahirkan denagan oosit primer yang akan mereka miliki sepanjang hayat. Akan
tetapi, tahun 2004, para peneliti melaporkan bahwa, oogonium yang memperbanyak
diriterdapat didalam ovarium mencit dewasa dan dapat berkembang menjadi oosit.
Para saintis kini mencari sel yang seupa dalam ovarium manusia. Ada kemungkinan
bahwa ada penurunan kesuburan besar-besaran ayang terjadi pada manua akibat
dari habisnya oogonium, selain dari kehancuran dari oosit yang menua pada usia
(Campbell, 2008).
Gametogenesis terjadi pralahir, diawali dengan proliferasi
bakal sel kelamin menjadi sejumlah sel spermatogonia pada fetus jantan dan
oogonia pada fetus betina. Sejak individu yang bersangkutan mencapai usia
dewasa kelamin, gametogenesis diteruskan ke tahap pertumbuhan dan tahap
pendewasaan, menghasilkan hasil akhir berupa spermatozoa pada individu jantan
dan sel telur pada individu betina. Sejak individu lahir sampai mencapai usia
usia dewasa kelamin, gametogenesis berhenti atau istirahat. Proses produksi sel
kelamin jantan atau spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis
terdiri atas empat tahap, yaitu prolifersi, tumbuh, menjadi dewasa, dan tahap
transformasi (metamorfose), yaitu pembuahan dari spermatid menjadi
spermatozoa. Proses perubahan bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa disebut
dengan spermiogenesis (Sukra, 2000).
Spermatogenesis merupakan proses peralihan dari bakal sel
kelamin yang aktif bermitosis, melalui proses reduksi kromatin dan perubahan
struktur menjadi sperma yang fungsional. Proses spermatogenesis terjadi di
dalam lumen tubulus seminiferus, dikendalikan oleh hormon gonadotropin dan
testosteron, sejak usia pubertas dan berlangsung seumur hidup (Slamet, 2000).
Testis memproduksi sekitar 500 juta sperma per hari. Setiap
proses spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 70 hari. Sperma dapat bertahan
hidup di dalam saluran genital selama 42 hari. Jika berada pada semen yang
normal, sperma dapat hidup di dalam organ tubuh betina yang bersuhu normal
selama 24-72 jam. Pada suhu yang lebih rendah, sperma dapat disimpan selama
beberapa minggu. Sperma dapat bertahan sampai lebih dari 1 tahun bila disimpan
pada suhu -100oC (Irfanuddin, 2004).
Dalam proses oogenesis, oogonia hasil proliferasi berjumlah
beberapa puluh sampai ratusan ribu, makin lama makin berkurang sampai bisa
habis. Hal ini disebabkan karena selain berkembang menjadi ovari, ada oogonia
yang musnah sebelum hewan menjadi dewasa, dan dari tahap tumbuh sampai tahap
pendewasaan ada yang gagal menjadi ova. Oleh karena itu pada waktu memeriksa
sayatan histologis ovarium di bawah mikroskop, adakalnya di jumpai bentuk-bentuk
folikel yang bentuknya tidak teratur, yang disebut dengan folikel atretik
(Sukra, 2000).
Oogenesis bervariasi sesuai dengan cara reproduksi suatu
spesies hewan. Hewan yang melakukan fertilisasi diluar tubuh, jumlah telur yang
dilepaskan berkisar antara ratusan sampai ratusan ribu telur. Sebaliknya hewan
yang melakukan fertilisasi internal, produksi telur lebih sedikit, umunya hanya
satu sampai beberapa dan jarang samapi 15 telur dalam setiap masa bertelur.
Variasi telur dalam hal ukuran, berkaitan dengan perkembangan calon individu
baru, setelah telur difertilisasi, akan terjadi di dalam atau di luar tubuh
induknya. Sejak memasuki masa reproduksi, secara periodik satu atau sejumlah
oosit I yang ditahan pada tahap diploten akan melanjutkan meiosis I (Slamet, 2000).
Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II
akan manghasilkan satu ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat
hampir semua sitoplasma, sedangkan yang satu lagi disebut badan polar II
(haploid, monad). Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis
II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad).
Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara ovum akan
dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi (Slamet, 2000).
Sel telur atau ovum dapat dibedakan menurut jumlah kuning
telurnya (yolk), tersebarnya kuning telur yang ada di dalam sitoplasma. Menurut
jumlah kuning telurnya, telur dibedakan atas tiga jenis, yaitu : sel telur
oligolesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya sedikit, contohnya
sel telur pada mamalia. Sel telur
mesolesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya sedang, contohnya sel
telur pada amfibia. Sel telur
polilesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning telurnya banyak, contohnya sel
telur pada unggas. Sedangkan menurut letak tersebarnya kuning telur, sel telur dibedakan
atas tiga jenis, yaitu : sel telur isolesital, yaitu sel telur yang kuning
telurnya sedikit dan tersebar merata di dalam sitoplasma, contohnya pada
mamalia. Sel telur sentrolesital, yaitu
sel telur yang kuning telurnya mengumpul di bagian tengah di dalam sitoplasma (Irfanudin, 2004).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at
tanggal 15 september 2014 pukul 13.30
sampai dengan 16.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya,
Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan adalah
preparat ovarium dan testis Gallus gallus dan preparat ovarium Mus muculus.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Spermatogenesis
Diletakkan preparat irisan melintang testis mencit
diletakkan di bawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian ke
perbesaran kuat. Digambar penampang tubulus seminiferus yang berisi macam-macam
tingkatan perkembangan sel kelamin jantan dan kemudian diberi keterangan
sejelas-jelasnya. Dicatat perbesaran mikroskop yang digunakan.
3.3.1. Oogenesis
Di letakkan preparat irisan melintang ovarium ayam
dan mencit putih di bawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian
ke perbesaran kuat. Digambar penampang ovarium yang berisi macam-macam tingkatan
perkembangan sel kelamin betina dan kemudian diberi keterangan
sejelas-jelasnya. Dibedakan antara tingkatan oogenesis pada ovarium ayam dan
mencit. Dicatat perbesaran mikroskop yang digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
A. Ovarium Mus musculus
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Mamalia
Ordo :
Rodentia
Family :
Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus muculus
Keterangan
:
1.
folikel
2.
sitoplasma
3.
modula
4.
karpus
uterum
B. Testis Mus musculus
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Mamalia
Ordo :
Rodentia
Family :
Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus muculus
Keterangan
:
1.
Sel epitel
2.
nukleus
3.
sitoplasma
C.
Ovarium
Ratus
ratus
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Mamalia
Ordo :
Rodentia
Family : Muridae
Genus : Ratus
Spesies : Ratus ratus
Keterangan
:
4. Membran basalis
5.
Zona
polisida
4.2. Pembahasan
Pada penampang ovarium ayam (Gallus gallus),
dapat dilihat adanya oogonium yang berukuran kecil dan biasanya bergerombol,
menurut Setiawan (2002) menyatakan bahwa, dikelilingi oleh sel-sel folikel selapis,
pada inti sentral sering terdapat gambaran kromatin, dan sitoplasmanya homogen;
oocyt dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang besar dengan inti yang besar dan
eksentrik, dibagian tepi terdapat ooplasma cortecal, di bagian sentral tampak
gelembung-gelembung minyak atau lemak, zona radiata tampak sebagai garis-garis
radier, membrana vitellina tampak garis jecil yang tebal, sel-sel folikel
terdapat pada daerah yang terpulas jelas, dan thecca folikuli merupakan
serabut-serabut.
Fase pada tubulus seminiferus cukup lama menurut (Oakberg,
1956)menyatakan bahwa, Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus
mencit berlangsung selama 35 hari dengan empat kali siklus epitel seminiferus.
Satu kali siklus epitel seminiferus berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus
musculus), epitel germinal tubulus seminiferus merupakan tempat
berlangsungnya spermiogenesis yang terbagi dalam 12 stadium, yaitu stadium I
sampai dengan stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas perkembangan
akrosom selama proses spermatogenesis
Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus),
dapat dilihat adanya folikel primer yang berukuran kecil dan terletak dalam
korteks, menurut Setiawan (2002) menyatakan bahwa, dolapisi oleh sel-sel folikel yang pipih
selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran
kromatin; folikel dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang lebih besar, pada
bagian luar terdapat theca folliculi externa dan interna, mulai terjadi antrum
folliculi, mempunyai oocyt yang telah membesar denga sitoplasma yang
banyak dan inti sentral dengan gambaran
kromatin; folikel de Graff mempunyai ukuran besar yang maksimum dan dekat
dengan permukaan ovarium, terdapat theca folliculi eksterna dan interna.
Sepermatogenesis pada mencit hampir sama dengan manusia menurut
(Gilbert, 1985) menyatakan bahwa, Spermatogenesis pada mencit menyerupai proses
yang terjadi pada manusia maupun hewan lainnya dan berlangsung dalam tiga
tahap. Diawali fase spermatogenesis dari pembelahan spermatogonia yang terjadi
beberapa kali sehingga menghasilkan spermatogonia tipe A2, A3 dan A4. Spermatogonia A4 kemudian mengalami pembelahan
menghasilkan spermatogonia intermediat yang kemudian akan membelah lagi untuk
menghasilkan spermatogonium B. Spermatogonium B selanjutnya mengalami mitosis
sehingga terbentuk spematosit primer dan berada pada fase istirahat pada tahap
preleptoten.
Pada
spermatogenesis, spermatogonia, sel-sel germinativum primitif yang terletak di
samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi spermatosit
primer. Menurut Ganong (2003) menyatakan bahwa, Proses ini dimulai pada saat akil baligh.
Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya
berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi
spermatosit sekunder, lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom
haploid. Spermatid berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah
spermatogonium membelah dan menjadi matang.
Ada beberapa macam tahap meiosis Menurut,(Johnson and Everitt, 1990)
menyatakan bahwa, Tahap berikutnya adalah meiosis yang terdiri dari dua tahap,
yaitu meiosis I dan meiosis II dimana masing-masing mengalami fase profase,
metafase, anafase dan telofase. Profase pada meiosis I yang meliputi leptoten, zigoten,
pakiten, diploten dan diakinesis. Meiosis I berakhir dengan terbentuknya
spermatosit sekunder dan kemudian memasuki meiosis II dan pembelahan berlanjut
untuk membentuk.
Menurut
Bascom dan Ostereud (1952) dalam Sukra (2000) yang memeriksa sayatan berurut,
panjang tubulus seniniferus babi mencapai 3.200 meter. Hal ini tidak
mengherankan mengingat spermatozoa yang dikeluarkan pada setiap ejakulasi
jumlahnya miliaran. Jika memeriksa satu sayatan melintang tubulus seminiferus
testis dibawah mikroskop terlihat beberapa macam sel yang letaknya berderet.
Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat Menurut, (Johnson and
Everitt, 1990) menyatakan bahwa, Selanjutnya diakhiri tahap spermiogenesis yang
merupakan transformasi spermatid dari bentuk yang bulat menjadi spermatozoa
dengan kepala, leher dan ekor. Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16
tingkat yang secara umum diklasifikasikan menjadi empat fase, yaitu fase golgi,
fase cap, fase akrosom dan fase maturasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1.
Pada
penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel
primer yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, dilapisi oleh sel-sel
folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral
mempunyai gambaran kromatin.
2.
Pada
penampang ovarium mencit (Mus muculus), terlihat bagian-bagian luar
kedalam berupa epithelium germinativum, cortex ovarii yang
terdapat folikel, dan stroma ovarii yang terdapat jaringan ikat.
3.
Pada
penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai
stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa:
spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
4.
Spermatogenesis
terjadi di dalam dinding tubulus seminiferus testis, sedangkan oogenesis
berlangsung pada gonad betina (Ovarium).
5.
Oosit
sebagai suatu sel mempunyai membran plasma, ooplasma, dan inti. Oosit melakukan
sintesis berbagai senyawa dan di simpan di dalam ooplasmanya, sehingga
terbentuk suatu pola organisasi di dalam sel telur, yang disebt dengan
polaritas telur
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC: Jakarta.
Irfanuddin 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK
UNSRI:
Inderalaya.
Neil A. Campbell.2004. Biologi Edisi Ke III. Erlangga: Jakarta
Rohen, Lǖtjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan
Fungsi Tubuh Manusia. EGC: Jakarta.
Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan
Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSRI: Inderalaya.
Sukra, Yuhara. 1999. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN.
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar