Sabtu, 25 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
MORFOLOGI SPERMATOZOA

Description: C:\Aditya_FMB 28+++\Images+++\Lambang+++\Logo_UNSRIB.jpg
 









OLEH :


                                    NAMA                       :  AHMAD BASTIAN TOPANDI
                                    NIM                            :  08041381320031
                                    KELOMPOK            :  VI (ENAM)
                                    ASISTEN                   :  ADITYA YULISTIO
                            


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
ABSTRAK

Praktikum yang berjudul Morfologi Spermatozoa ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Sepember 2014, pukul 13.30 sampai dengan 16.00, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk melihat gambaran morfologi spermatozoa pada kadal (Mabauya multifasciata), katak (Rana cancrivora), dan mencit (Mus muculus). Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa cawan petri, mikroskop kaca objek dan penutup, pipet tetes, dan pisau silet. Adapun bahan yang digunakan antara lain ductus deferens kadal (Mabauya multifasciata), ductus deferens mencit/marmut       (Mus muculus / Cavia cobaya), larutan NaCl, methyl alkohol, pewarna eosin, dan testis katak (Rana cancrivora). Adapun hasil yang akan didapatkan adalah berupa gambaran sperma dari kadal (Mabauya multifasciata), katak (Rana cancrivora), mencit (Mus muculus). Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil suatu kesimpulan berupa adanya perbedaan dari sperma kadal (Mabauya multifasciata), sperma katak (Rana cancrivora), dan sperma mencit (Mus muculus) tergantung spesies masing-masing.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
System reproduksi jantan pada vertebrata unumnya sepasang testis dan sepasang saluran sperma dengan kelenjar tabahan untuk spermatozoa. Sebagian besar vertebrata mempunyai saluran reproduksi yang sangat panjang dan berkelok-kelok yang berfungsi untuk pemasakan spermatozoa. Jadi ketika keluar dari testis seperma itu masih dalam keadaan pasif dan akan akti S setelah sampai duktus epididimis. Pada vertebrata rendah seperti katak saluran reproduksi jntan sangat sederhan. Vass efferentia yang keluar dari testis masuka kedalam ren  kemudian bersama ureter masuk kedalam kloaka. Hal ini menyebakan terjadiya pemasakan sepermatozoanya didalam testis (Endri, 2014).
permatozoa merupakan sel-sel kecil yang dapat bergerak sendiri, dihasilkan secara berlebih. Sel-sel induk spermatogenesis adalah spermatogonium. Setelahf.  masa dewasa, spermatogonium memperbanyak diri dalam pipa yang disebut tubuli seminiferi. Pembagian mitosis terakhir menghasilkan spermatosit pertama (I) dan dari spermatosit ini melalui pembelahan pematangan pertama, terbentuk dua buah spermatid yang kemudian menjalani diferensiasi menjadi spermatozoa (Cimball, 2008).
Dalam bahasa dunia industri, testis dan ovarium diibaratkan sebagai pabrik. Testis adalah pabrik penghasil dua macam produk, yaitu sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin jantan (testosteron). Ovarium adalah pabrik penghasil sel kelamin betina (sel telur atau ovum) dan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium pada waktu betina sedang bunting  (Sukra, 1999).
Spermatogenesis bermula dari sel induk sperma atau spermatogonium yang bersifat diploid, mengalami pembelahan secara mitosis, dan menghasilkan spermatocyt perimeryang bersifat diploid juga. Spermatocyt primer mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan meiosis, yang menghasilkan spermacyt   sekunder yang haploid. Spermatocyt sekunder membelah dan menghasilkan spermatid yang kemudian akan berkembang menjadi spermatozoa. Testis memproduksi sekitar 500 juta sperma per hari. Setiap proses spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 70 hari. Sperma dapat bertahan hidup di dalam saluran genital selama 42 hari. Jika berada pada semen yang normal, sperma dapat hidup di dalam organ tubuh betina yang bersuhu normal selama 24-72 jam. Pada suhu yang lebih rendah, sperma dapat disimpan selama beberapa minggu (Irfanuddin, 2004).
Bentuk morfologi spermatozoa dapat dibedakan menjadi kepala, badan, dan flagellum (ekor). Flagellum atau ekor berperan dalam pergerakan akhir spermatozoa untuk mencapai tempat fertiisasi, disamping faktor yang digerakkan oleh saluran kelamin jantan. Pada bagian ujung kepala terdapat akrosom yang berfungsi sebagai alat penusuk dan menembus atau juga berfungsi menghasilkan sekret atau enzim yang dapat membantu spermatozoa masuk kedalam sel telur. Enzim yang dihasilkan adalah enzim proteolitik dan enzim hialuronidase. Pada bagian badan spermatozoa terdapat sentiol proksimal, mitokondria dan sentriol distal (Setiawan, 2002).
Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak  motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa (Hayati, 1994).
Bagian eksternal organ reproduksi jantan terdiri dari skortum dan penis, sedangkan bagian internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi glandural (Campbell, 2004)
Variabel yang diukur yaitu kualitas spermatozoa, meliputi motilitas spermatozoa dan viabilitas spermatozoa yang diambil dari bagian kauda epididimis. Pengamatan motilitas dan viabilitas spermatozoa dilakukan di bawah mikroskop cahaya. Kauda epididimis yang diperoleh pada hewan perlakuan diletakkan dalam cawan petri yang telah berisi 2 ml NaCl 0,9%, pengerjaan selanjutnya mengikuti prosedur pemeriksaan WHO (Hayati, 1994)

1.2.  Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk melihat gambaran morfologi spermatozoa dan membandingkan bentuk morfologispermatozoa pada mencit, katak, dan kadal.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat kelamin jantan mempunyai dua fungsi, yaitu untuk produksi sel kelamin (sperma) dan pelepasannya ke saluran sel kelamin betina. Testis merupakan organ utama yang menghasil­kan sel sperma untuk proses reproduksi. Testis dilindungi oleh skrotum yang terdiri atas dua kan­tong (lobus) kanan dan kiri. Tunika al­buginea merupakan jaringan ikat dan serabut otot polos yang berhubungan langsung dengan jaringan parenkim testis. Tunika ini terlihat di bagian tengah organ sebagai jaringan ikat yang berada diantara lobuli penghasil spermatozoa. (Kimball, 1996)
Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostat, dan bulbouretralis) menambahkan sekresi ke semen, yaitu cairan yang diejakulasikan. Sepasang vesikula seminalis (seminal vesicle) menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan dari vesikula seminalis itu kental, kekuning-kuningan, dan alkalis (bersifat basa). Cairan tersebut mengandung mukus, gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma), enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin. Ukuran dan anatomi vesikula seminalis bervariasi(Campbell,  2004)
Organ reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di dalam kantong. Diantara tubulus terdapat area intersisial, terdiri dari sel-sel intersisisal leydig yang memproduksi hormon testosteron. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke epididimis. Kelenjar prostat (prostate gland) adalah kelenjar pensekresi semen terbesar. Kelenjar itu mensekresikan produknya secara langsung ke dalam uretra melalui beberapa saluran kecil Cairan prostat bersifat encer dan seperti susu, mengandung enzim anti koagulan, sitrat (nutrien bagi sperma), dan sedikit asam.  (Nasution 2004).
Asap rokok dapat menimbulkan gangguan hormonal, spermatogenesis, merusak viabilitas spermatozoa dan menyebabkan adanya bahan toksik pada spermatozoa. Gangguan terhadap sel spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas semen dan terjadinya kemandulan. Kemampuaspermatozoa membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa. Spermatozoa yang kualitasnya rendah tidak dapat membuahi sel telur. Kualitas spermatozoa akan kembali baik merokok dan mengubah pola hidup sehat (Aditama, 1992).
Proses produksi sel kelamin jantan atau spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis terdiri atas empat tahap, yaitu prolifersi, tumbuh, menjadi dewasa, dan tahap transformasi (metamorfose), yaitu pembuahan dari spermatid menjadi spermatozoa. Proses perubahan bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan spermiogenesis. Pada spermiogenesis, inti sel spermatid menjadi kepala spermatozoa, dan sitoplasmanya menjadi badan dan ekor, dan jaringan golgi menjadi akrosom atau tudung kepala (Sukra, 1999).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa asap rokok memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap spermatozoa meliputi mengubah bentuk spermatozoa menjadi tidak normal, mrendahkanjumlah bilangan spermatozoa, dan melambatkan spermatozoa menuju sel telur kandungan asap rokok berupa kadmium, nikotin, cotinin yang diberikan terhadap kultur in virtooosit dan sel kumulus yang dikoleksi dari folikel babi menunjukkan ketiga senyawa tersebut mempunyai efek menghambat terjadinya ekspansi kumulus akibat penurunan sintesis progesteron oleh sel-sel kumulus perlakuan (Aditama, 1992).
Proses spermatogenesis akan berjalan baik bila suhu berada di sekitar 2 – 4oC lebih rendah dari suhu tubuh. Spermatozoa tidak akan terbentuk jika testis berada dalam rongga abdomen. Oleh karena itu, setelah minggu ke-8 kehidupan embrional terjadi desensus testikulorum (testis turun dari rongga abdomen ke skrotum). Di dalam skrotum temperatur testis di atur agar tetap sekitar 32-35oC. Suhu darah yang menuju ke testis didinginkan di pleksus pampiniformis melalui mekanisme counter current heat exchange. Selain itu, suhu testis juga diatur oleh muskulus Dartos dan muskulus kremaster yang akan berkontraksi bila suhu lingkungan lebih rendah, sehingga testis lebih mendekat ke rongga abdomen. Demikian juga sebaliknya (Irfanuddin, 2004).
Spermatozoa pertama kali dilihat oleh John Hamm pada tahun 1667. Hasil percobaannnya dilaporkan kepada Antony Van Loewenhoek yang kemudian menguraikan morfologi dan secara mendetail kepada Royal Society di London. Akan tetapi peranan spermatozoa dalam pembuahan baru dapat diketahui 200 tahun kemudian. Spermatozoa berasal dari sel primordial yang diploid. Jutaan sel diploid tersebut mengalami perkembangan dalam tubulus seminiferus (Suryo, 1997).
Ekor berupa silia yang terdiri dari mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi pergerakan ekor. Ekor spermatozoa yang menjelma dari sentriol spermatid berukuran panjang sekitar 40-50 mikron. Ekor spermatozoa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung. Ujung anterior pangkal ekor (midpiece) berhubungan  dengan bagian kepala, tempat ini disebut daerah implantasi (implantation region). Sumbu ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril pusat yang dikelilingi oleh 9 fibril ganda berupa sebuah cincin berganda. Cincin tersebut berjalan mulai dari daerah implantasi sampai ke ujung ekor. Pangkal ekor merupakan bagian spermatozoa. Sumbu pusat terdiri atas 11 fibril yang dikelilingi oleh 9 fibril yang lebih kasar (Sukra, 1999).
Kepala merupakan zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas melakukan fertilisasi ke dalam ovum.didepan kepala terdapat akrosom yang berasal dari badan golgi. Akrosom mengandung hialurodinase dan protease yang berfungsi melarutkan dinding ovum. Mitokondria mengelompok dibagian badan. Mitokondrion yang terletak disebelah luar fibril merupakan selaput yang disebut selaput mitokondrion yang mengandung enzim untuk metabolisme. Pangkal ekor kaya dengan plasmogen, suatu bahan yang mengandung asam lemak. Asam lemak ini dapat dioksidir sehingga menghasilkan enzim. Hasil oksidasi yang dibebaskan ini merupakan sumber energi dalam bagi spermatozoa (Irfanuddin, 2004).
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid tetap memilik sifat-sifat yang biasa dari sel-sel epiteloid. setelah spermatid mulai memanjang menjadi spermatozoa, spermatozoa terdiri atas kepala, akrosom, bagian tengah, dan ekor. Kepala terutama dari nukleus yang mengandung informasi genetik sperma, terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar, dua17 pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase yang dapat mencerna filamen proteoglikan dari jaringan dan dapat mencerna protein sehingga dapat digunakan sebagai “borenzimatik” untuk menembus ovum (Sherwood L, 2001).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 September 2014, pukul 01.30-16.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa cawan petri, mikroskop kaca objek dan penutup, pipet tetes, dan pisau silet. Adapun bahan yang digunakan antara lain ductus deferens kadal (Mabauya multifasciata), ductus deferens mencit/marmut (Mus muculus / Cavia cobaya), larutan NaCl, methyl alkohol, pewarna eosin, dan testis katak (Rana cancrivora).

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Preparat Segar
Diambil spermatozoa katak (Rana sp.) dari testisnya, dan diambil spermatozoa kadal (Mabauya multifasciliata) dan mencit (Mus muculus) dari ductus deferensnya. Testis katak dan ductus deferens kadal dan mencit dipotong-potong. Kemudian dipisahkan masing-masing potongan di cawan petri dan dicampur dengan larutan holfreter, kemudian dimounting pada objek gelas yang cekung. Kemudian diperhatikan gerak benangnya, bentuknya, kepala dan ekornya jelas dapat dibedakan, dan dibandingkan spermatozoa dari katak, kadal, dan mencit/marmut.

3.3.1. Preparat Apusan
Diambil cairan yang mengandung spermatozoa dengan menggunakan pipet tetes, kemudian diteteskan pada objek gelas dan diratakan. Kemudian objek tersebut dikeringkan di udara atau didekatkan pada kipas angin. Setelah kering, objek difiksasi dengan methyl alkohol selama 10 menit, dan kemudian diwarnai dengan pewarna giemsa selama 30 menit, lalu dicuci dengan air dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Kemudian diperhatikan bagian caput yang berinti, bagian ekor atau flagellum, dan bagian collum atau badan yang terdapat sentriol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan  praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil berupa gambar sebagai berikut:
a.       Spermatozoa Homo Sapien
Klasifikasi :
Kingdom            : Animalia
Filum                  : Chordata
Kelas                  : Mamalia
Ordo                   : Primata
Famili                 : Homonidae
Genus                 : Homo
Spesies               : Homo sapien
Nama umum       : Manusia
Keterangan :
1.      akrosom
2.      kepala
3.      nukleus
4.      sentriol
5.      mitokondria
6.      badan sel sperma
7.      membrane plasma
8.      flagela





b.       spermatozoa Rana canrovora 
Klasifikasi :
Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Kelas                : Amphibia
Ordo                 : Anura
Famili               : Ranidae
Genus               : Rana
Spesies              : Rana cancrivora
Nama umum     : Katak
keterangan :
1.      akrosom
2.      kepala
3.      nukleus
4.      sentriol
5.      mitokondria
6.      badan sel sperma
7.      membrane plasma
8.      flagela











c.        spermatozoa Mus muculus

Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Class                 : Mamalia
Ordo                 : Rodentia
Family               : Muridae
Genus               : Mus
Spesies              : Mus muculus
keterangan :
1.      akrosom
2.      kepala
3.      nukleus
4.      sentriol
5.      mitokondria
6.      badan sel sperma
7.      membrane plasma
8.      flagella











d.       spermatozoa Mabouya multifasciata

Klasifikasi        
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Kelas               : Reptilia
Ordo                : Squamata 
Famili              : Scincidae
Genus              : Mabouya
Spesies            : Mabouya multifasciata
keterangan :
1.      akrosom
2.      kepala
3.      nukleus
4.      sentriol
5.      mitokondria
6.      badan sel sperma
7.      membrane plasma
8.      flagella











4.2. Pembahasan
Ada brberapa ciri dari seperma mormal menurut Nalbandov(1995) menyatakan bahwa, Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa, tetapi sekarang diketahui bangunan ini merupakan bagian normal kepala sperma. Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies menurut Prawirohartono(2000)  menyatakan bahwa, Pada sapi, domba, babi, dan kelinci berbentuk bulat telur pipih, sedangkan pada manusia berbentuk bulat. Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan berenang dalam air. Hanya bila sudah mati maka sperma tampak datar dengan permukaan. Pada unggas, kepala berbentuk silinder memanjang; pada mencit dan tikus, ujung kepal berbentuk kait.
Bebbagai perbedaab yang dapat kita temukan pada seperma menurut Campbell(2008) menyatakan bahwa, Perbedaan antara sperma katak (Amphibi), kadal, Manusia dan Mencit (Mamalia) ialah terletak pada bagian ekornya atau flagell. Sperma katak memiliki flagell yang lebih panjang dibandingkan sperma pada mamalia, karena pada saat fertilisasi, katak mengeluarkan sperma di dalam air, sehingga flagell yang lebih panjang dapat membantu sperma agar dapat bergerak lebih leluasa dalam air untuk menemukan sel telur yang juga dilepaskan di dalam air. Pada mamalia  sperma di lepaskan di dalam vagina dan bergerak menuju sel telur/ovum.
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas menurut Elfira(2010) menyatakan bahwa,  Antara lain sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah. Pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai abnormalitas-abnormalitas tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilisasi pejantan pemilik semen tersebut akan terganggu.
Ciri-ciri seperma yang sehat menurut Irfanudin(2004) menyatakan bahwa, Ketika ejakulasi, sperma yang keluar bercampur antara yang cair dan kental dengan volume berjumlah lebih dari 1,5 ml. Sebagai contoh, menurut standar ukuran internasional, 1 sendok teh = 5ml dan normalnya 15 juta sel per ml sperma dikeluarkan. Kemudian dalam waktu kurang dari 60 menit sudah harus mencair. “Jika lebih dari 60 menit belum mencair atau sperma terlalu kental maka dapat dikategorikan abnormal,” papar Heru. Pasalnya, sperma yang terlalu kental membuat sel di dalamnya tidak dapat berenang dengan sempurna (memengaruhi pergerakan sel). Kentalnya sperma dapat dipengaruhi oleh kegemukan, varises di pembuluh darah kantong scrotum/pelir (varikokel), atau konsumsi obat-obatan tertentu. Heru menambahkan, ketika pasangan melakukan hubungan seksual yang penuh gairah maka sperma yang dikeluarkan akan relatif encer meski demikian tentu saja keencerannya tidak sama dengan encernya air urine.
Sperma abnormal menurut Nalbandov(1995) menyatakan bahwa,  umumnya terlihat pada domba jantan yang menderita sterilisasi musim panas, jantan penderita sakit demam, dan pada jantan yang dikawinkan terlalu sering atau terlalu muda. Kadang-kadang tidak ada penyebab yang pasti mengapa ditemukan sperma abnormal dalam ejakulat, dan cacat tersebut dapat menjadi normal kembali dengan berlalunya waktu. Cacat-cacat sel sperma tertentu diketahui ada yang bersifat genetic. Kepala sperma mengandung zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas melakukan fertilisasi ke dalam ovum. Di depan kepala terdapat akrosom yang berasal dari badan golgi. Akrosom mengandung hialurodinase dan protease yang berfungsi melarutkan dinding ovum. Mitokondria mengelompok dibagian badan.
Leher sperma merupakan bagian tengah, dan bagian ekor sperma tidak tersusun dari flagellum tunggal yang padat (seperti yang sering digambarkan) tetapi tersusun dari beberapa (90 atau 18) berkas fibril, yang dibungkus oleh suatu selubung. Pada puncak ekor, selubung menghilang, fibril menyembul dalam bentuk sikat yang telanjang Menurut Sukra (2000) menyatakan bahwa, ekor sperma berupa silia yang terdiri dari mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi pergerakan ekor. Ekor spermatozoa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung. Sumbu ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril pusat yang dikelilingi oleh 9 fibril ganda berupa sebuah cincin berganda. Cincin tersebut berjalan mulai dari daerah implantasi sampai ke ujung ekor.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan  praktikum yang dilaksanakan dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1.      Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Bagian kepala ditutup oleh tudung protoplasmik.
2.      Sperma katak memiliki flagell yang lebih panjang dibandingkan sperma pada mamalia, karena pada saat fertilisasi, katak mengeluarkan sperma di dalam air, sehingga flagell yang lebih panjang dapat membantu sperma agar dapat bergerak lebih leluasa dalam air untuk menemukan sel telur yang juga dilepaskan di dalam air.
3.      Adanya perbedaan antara bentuk kepala, yaitu pada mencit kepala sperma berbentuk kait, pada kadal kepala sperma berbentuk bulat pipih, dan pada katak kepala sperma berbentuk meruncing.
4.      Pada bagian leher dari sel sperma mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi (ATP) pada flagell agar dapat bergerak untuk pergerakkan dari sperma tersebut.
5.      Kepala sperma mengandung zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas melakukan fertilisasi ke dalam ovum.











DAFTAR PUSTAKA


Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Irfanuddin, M, Dr. SpKO dan Nasution. Nursiah,Drg. 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK UNSRI:  Inderalaya.

Kartini. 2010. Pengaruh Asap Rokok Dengan Sperma. Jurnal Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Unsyah. 10(2): 1217.

Nalbandov. 1995. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. UIPress: Jakarta.
Prawirohartono. 2000. Biologi Science. Bumi Aksara: Jakarta.
Rohen, Lǖtjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. EGC: Jakarta.

Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSRI: Inderalaya.

Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN. Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS: Jakarta.

Zikri, Elfira Ashafahani. 2010. Motilitas dan Viabilitas Sepermatozoa Mencit Setelah Pemberian Ektrak Temu Putih. Jurnal Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. 14(1): 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar